Sekilas.co – Membangun kekayaan jangka panjang di pasar saham tidak bergantung pada keberuntungan menemukan saham “panas” atau menebak waktu terbaik untuk jual dan beli. Investor sukses justru memiliki kebiasaan sederhana namun konsisten yang bisa diterapkan oleh siapa saja.
Kebiasaan ini bukanlah strategi rumit yang hanya dipahami oleh ahli keuangan, melainkan prinsip dasar investasi yang dapat membantu siapa pun mencapai keamanan finansial jangka panjang.
Dilansir dari New Trader U, Kamis (9/10/2025), berikut tujuh kebiasaan yang umum dimiliki oleh orang-orang yang berhasil membangun kekayaan di pasar saham.
1. Mulai Berinvestasi Sejak Dini
Waktu adalah aset paling berharga bagi seorang investor. Mereka yang sukses memahami bahwa memulai investasi sejak dini memberikan keuntungan besar yang sulit ditandingi di kemudian hari. Semakin cepat seseorang berinvestasi, semakin lama uangnya tumbuh berkat efek bunga majemuk (compound interest).
Dengan jangka waktu panjang, investor juga memiliki kesempatan untuk melewati masa-masa penurunan pasar dan tetap menikmati keuntungan ketika pasar kembali pulih.
Steve Burns, penulis artikel ini, mengungkapkan, “Saya mulai berinvestasi di pasar saham pada usia 19 tahun. Mulailah dengan jumlah berapa pun yang bisa Anda sisihkan, lalu tumbuhkan secara bertahap dari waktu ke waktu.”
2. Berpikir Jangka Panjang
Investor sukses fokus pada waktu di pasar, bukan waktu pasar. Mereka menanamkan pandangan jangka panjang dan tidak mudah tergoda oleh keuntungan sesaat. Pendekatan ini membuat mereka tetap tenang menghadapi fluktuasi pasar.
Ketika banyak orang panik dan menjual saham saat harga turun, investor jangka panjang tetap berpegang pada strateginya. Mereka tahu bahwa pasar selalu bergerak dalam siklus naik dan turun. Dengan berpikir dalam rentang waktu dekade, bukan harian, investor terhindar dari kesalahan umum seperti membeli saham saat terlalu mahal atau menjual karena panik saat harga anjlok.
3. Berinvestasi Secara Konsisten dengan Metode DCA
Investor yang sukses tidak menunggu momen “sempurna” untuk masuk pasar. Mereka berinvestasi secara rutin dan disiplin, baik setiap bulan maupun setiap kali menerima penghasilan, melalui metode Dollar Cost Averaging (DCA).
Dengan metode ini, mereka membeli lebih banyak saham saat harga turun dan lebih sedikit ketika harga naik, sehingga risiko fluktuasi harga bisa ditekan. Konsistensi ini juga membantu menghilangkan pengaruh emosi dalam pengambilan keputusan investasi.
Saat pasar menurun, mereka tetap membeli; saat pasar naik, mereka tetap disiplin. Dalam jangka panjang, kebiasaan kecil ini terbukti memberikan hasil yang signifikan.
4. Membangun Portofolio yang Terdiversifikasi
Investor sukses tidak pernah menaruh semua modalnya pada satu saham atau satu sektor. Mereka membagi investasinya di berbagai industri, ukuran perusahaan, dan jenis aset untuk meminimalkan risiko. Banyak dari mereka memanfaatkan reksa dana indeks atau ETF berbiaya rendah agar mendapat paparan luas terhadap pasar.
Diversifikasi membantu melindungi portofolio dari risiko kerugian besar akibat kegagalan satu perusahaan, sekaligus memberikan peluang meraih keuntungan dari sektor lain yang sedang berkembang.
Dengan strategi ini, investor tidak perlu menebak saham mana yang akan jadi “pemenang”, karena mereka sudah memiliki sebagian dari semuanya.
5. Reinvestasikan Dividen untuk Memperkuat Pertumbuhan
Investor sukses tidak tergesa-gesa mencairkan dividen yang mereka terima. Sebaliknya, mereka memilih untuk menginvestasikan kembali dividen tersebut agar efek bunga majemuk (compound interest) bekerja lebih optimal.
Setiap dividen yang dibayarkan kembali digunakan untuk membeli saham tambahan, yang pada gilirannya juga akan menghasilkan dividen baru. Dari waktu ke waktu, efek berantai ini menciptakan pertumbuhan portofolio yang semakin besar.
Kebiasaan sederhana seperti mengatur agar dividen secara otomatis diinvestasikan kembali bisa mempercepat pertumbuhan aset tanpa memerlukan keputusan manual setiap kali pembayaran dividen dilakukan. Strategi ini membuat kekayaan investor berkembang secara berkelanjutan tanpa harus menambah modal baru.
6. Fokus pada Perusahaan Berkualitas atau ETF yang Kuat
Investor berpengalaman membeli bisnis, bukan sekadar kode saham. Mereka memilih perusahaan dengan fundamental kuat, arus kas stabil, manajemen solid, dan rekam jejak keuntungan konsisten.
Pendekatan ini membantu mereka menghindari jebakan saham-saham spekulatif yang mungkin populer sesaat namun berisiko tinggi.
Investor yang berorientasi pada kualitas menilai daya tahan bisnis, posisi kompetitif, dan potensi pertumbuhannya dalam jangka panjang, bukan sekadar mengikuti tren pasar atau rekomendasi media.
Bagi sebagian investor, strategi ini berarti berinvestasi pada reksa dana indeks pasar luas atau ETF berbiaya rendah yang mencerminkan kinerja pasar secara keseluruhan.
Sementara bagi investor aktif, ini berarti menganalisis laporan keuangan, rasio keuangan, serta kinerja historis perusahaan sebelum membeli sahamnya.
7. Menekan Biaya Pengelolaan untuk Hasil Maksimal
Investor sukses menyadari bahwa biaya kecil dapat berdampak besar terhadap hasil investasi jangka panjang. Karena itu, mereka cenderung memilih produk investasi dengan biaya rendah dan menghindari aktivitas jual-beli berlebihan yang bisa menimbulkan komisi serta pajak tinggi.
Mereka juga memanfaatkan akun investasi yang efisien pajak, seperti 401(k) atau IRA di Amerika Serikat, agar keuntungan dapat tumbuh tanpa potongan tahunan.
Dalam jangka waktu panjang, perbedaan biaya pengelolaan hanya 1 persen saja bisa berarti ratusan ribu dolar AS dalam 30–40 tahun.
Oleh sebab itu, efisiensi biaya menjadi prinsip penting dalam strategi investasi jangka panjang mereka. Dengan menekan biaya dan tetap konsisten berinvestasi, para investor ini mampu memaksimalkan hasil tanpa harus mengambil risiko berlebih.





