Sekilas.co – PT United Tractors Tbk. (UNTR) semakin serius memperluas ekspansinya ke bisnis pertambangan emas, di tengah penurunan dividen dan laba bersih perseroan. Emiten yang berada di bawah Grup Astra ini tengah membangun pijakan baru melalui proyek tambang emas Blok Doup di Sulawesi Utara.
Corporate Secretary United Tractors, Ari Setiawan, menjelaskan bahwa tambang emas di Blok Doup ditargetkan mulai beroperasi pada 2028. Saat ini, proses akuisisi PT Arafura Surya Alam (ASA), pengelola tambang emas Doup, masih berada pada tahap conditional share purchase agreement (CSPA).
“UNTR menargetkan penyelesaian transaksi tidak lebih dari 23–24 Desember 2025. Setelah akuisisi rampung, kami akan membangun processing plant dan infrastruktur pendukungnya agar bisa mulai berproduksi pada 2028,” ujar Ari, belum lama ini.
UNTR berencana membangun fasilitas pengolahan bijih emas (processing plant) dengan kapasitas sekitar 3 juta ton bijih (ore) per tahun. Dari kapasitas tersebut, produksi emas ditargetkan mencapai 140.000–155.000 ons per tahun.
“Target kami, pada 2028 proyek ini sudah berkontribusi terhadap pendapatan, meski besarannya sangat bergantung pada harga emas,” tambah Ari.
Dengan tambahan dari proyek ini, produksi emas UNTR diproyeksikan meningkat sekitar 1,5 kali lipat pada 2028.
Strategi Diversifikasi dan Pendanaan Internal
Ari menegaskan bahwa akuisisi Blok Doup merupakan bagian dari strategi diversifikasi bisnis UNTR guna menyeimbangkan portofolio antara sektor batu bara, alat berat, dan pertambangan mineral. Seluruh dana akuisisi proyek ini berasal dari kas internal.
Melalui PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), UNTR telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (PJBB) dengan anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB), yaitu PT J Resources Nusantara (JRN), untuk mengakuisisi 99,99% saham ASA.
ASA merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan, Operasi Produksi (IUP-OP) tambang emas Doup di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara, dengan luas wilayah mencapai 4.000 hektare.
Selain itu, anak usaha UNTR lainnya, PT Energia Prima Nusantara (EPN), juga menandatangani perjanjian dengan pemegang saham individu, Jimmy Budiarto, untuk membeli 0,00004% saham ASA dan 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).
Seluruh perjanjian ditandatangani pada 12 September 2025 dengan nilai transaksi enterprise value sebesar US$540 juta atau sekitar Rp8,84 triliun (asumsi kurs Rp16.375 per dolar AS). Nilai ini mencakup pembelian saham serta utang pemegang saham JRN kepada ASA.
Penurunan Dividen dan Laba
Di sisi lain, UNTR mengumumkan pembagian dividen interim tahun buku 2025 senilai Rp2,05 triliun atau Rp567 per saham, yang akan dibayarkan pada 24 Oktober 2025. Nilai ini merupakan yang terendah sejak 2022.
Sebagai perbandingan, UNTR membagikan dividen interim tahun buku 2022 sebesar Rp818 per saham, 2023 sebesar Rp701 per saham (Rp2,54 triliun), dan 2024 sebesar Rp667 per saham (Rp2,42 triliun).
Manajemen UNTR menyebut penurunan dividen ini mempertimbangkan tiga indikator utama:
-
Laba bersih semester I/2025 sebesar Rp8,13 triliun (turun 15% dari Rp9,53 triliun pada periode yang sama tahun 2024),
-
Saldo laba ditahan mencapai Rp80,70 triliun, dan
-
Total ekuitas senilai Rp101,28 triliun hingga akhir Juni 2025.
Proyeksi Analis dan Kinerja Kuartal III/2025
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Kafi Ananta, memperkirakan laba bersih UNTR pada kuartal III/2025 akan turun menjadi sekitar Rp5,1 triliun, atau melemah 15% secara tahunan. Dengan demikian, laba inti selama 9 bulan 2025 diperkirakan sekitar Rp13,1 triliun.
“Pelemahan laba pada kuartal III/2025 mencerminkan penurunan volume penjualan alat berat, sejalan dengan panduan manajemen bahwa 2025 bersifat front-loaded akibat permintaan yang terbawa dari tahun sebelumnya,” tulis keduanya dalam riset.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas menaikkan estimasi laba bersih UNTR untuk 2025–2026, seiring penyesuaian asumsi harga emas menjadi US$3.350–US$3.400 per troy ounce.





