Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, mengatakan bahwa ATIGA Upgrade akan membantu ASEAN menghadapi tantangan ekonomi global. “Penyerahan resmi naskah perjanjian ini menandai komitmen bersama negara-negara ASEAN untuk membangun sistem perdagangan yang modern, inklusif, dan berkelanjutan, guna memperkuat integrasi ekonomi kawasan,” kata Budi Santoso dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 27 Oktober 2025, dikutip dari Antara.
Budi Santoso menambahkan bahwa ATIGA Upgrade membawa sejumlah perubahan penting yang dirancang untuk menjawab tantangan perdagangan kawasan di era global saat ini.
Perjanjian ini mendorong praktik perdagangan yang lebih berwawasan lingkungan, memperkuat peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), meningkatkan konektivitas rantai pasok, serta menyediakan mekanisme alternatif untuk penyelesaian sengketa dagang.
“Ini bukan sekadar pembaruan aturan, melainkan langkah untuk memperkuat pasar dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan serta pengembangan rantai pasok yang tangguh dan berdaya saing,” ucap Budi Santoso.
Indonesia telah menandatangani naskah perjanjian ini pada Sabtu, 25 Oktober 2025, bersama lima negara lain, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Kamboja dan Laos menandatangani secara ad referendum, sementara Myanmar dan Vietnam dijadwalkan menyusul pada November 2025. Perjanjian ini akan mulai berlaku 18 bulan setelah semua negara anggota menandatangani.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menegaskan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan aturan khusus untuk beras dan gula dalam perjanjian baru tersebut. “Ini penting untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan dua komoditas utama,” ujarnya.
Djatmiko juga menyebutkan bahwa perjanjian ini membuka peluang lebih besar bagi UMKM Indonesia untuk ikut dalam jaringan perdagangan ASEAN serta mendorong transisi menuju perdagangan yang lebih hijau dan berdaya saing.
Pada 2024, nilai perdagangan antarnegara ASEAN mencapai US$ 823,1 miliar, atau 21,4 persen dari total perdagangan kawasan.