Sekilas.co – Harga emas batangan merek Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) kembali terkoreksi pada perdagangan akhir pekan ini. Pergerakan harga di pasar domestik yang menurun kontras dengan tren penguatan emas dunia yang mulai menunjukkan reli lanjutan.
Pada Jumat (28/11/2025), harga emas Antam berada di level Rp 2.383.000 per gram, turun Rp 4.000 dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya. Koreksi serupa terjadi pada harga buyback, yang kini berada di Rp 2.244.000 per gram, juga turun Rp 4.000. Harga buyback menjadi patokan bagi masyarakat yang ingin menjual kembali emas batangan ke Antam.
Penurunan ini mengikuti volatilitas pasar beberapa hari terakhir yang dipengaruhi sentimen global, mulai dari pergerakan nilai dolar AS, imbal hasil obligasi, hingga ekspektasi kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
Meski harga mengalami koreksi, emas batangan masih menjadi salah satu instrumen investasi favorit masyarakat Indonesia, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, sebagai aset lindung nilai (safe haven) terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Harga emas dunia ikut menguat
Berbanding terbalik dengan pasar domestik, harga emas global justru bergerak naik. Hingga pukul 07.58 WIB, harga emas spot berada di level US$ 4.181 per troy ons, menguat sekitar 0,51% dibanding sesi sebelumnya.
Dengan tren positif ini, emas diperkirakan mencatat kenaikan lebih dari 2% sepanjang pekan berjalan. Jika reli berlanjut hingga akhir bulan, November akan menjadi bulan keempat berturut-turut emas mencatat penguatan. Investor dinilai kembali melirik emas sebagai aset aman di tengah dinamika kebijakan moneter dunia.
Faktor yang diawasi pasar: Kebijakan The Fed
Mulai besok, Federal Reserve memasuki periode blackout sebelum pelaksanaan rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Agenda itu menjadi fokus utama pelaku pasar karena diyakini akan menentukan arah suku bunga acuan.
Berdasarkan proyeksi CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 3,50–3,75% mencapai sekitar 86,9%. Harapan pemangkasan suku bunga inilah yang mendorong minat terhadap emas.
Sebab, emas merupakan aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Ketika suku bunga turun, biaya peluang untuk berinvestasi pada emas menjadi lebih rendah sehingga permintaan terhadap logam mulia ini berpotensi menguat.





