Sekilas.co – Anak usaha PT BUMA Internasional Grup Tbk. (DOID), yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), telah melakukan pelunasan lebih awal atas utang senilai US$212,25 juta atau sekitar Rp3,55 triliun (kurs Jisdor Rp16.760). Utang tersebut merupakan Senior Notes dengan kupon tetap 7,75% yang semestinya jatuh tempo pada tahun 2026.
Dalam keterbukaan informasi, Direktur BUMA, Silfanny Bahar, menjelaskan bahwa Senior Notes 7,75% tersebut awalnya diterbitkan pada Februari 2021 dengan nilai pokok US$400 juta, dan kemudian diamendemen melalui perjanjian tambahan pada Juni 2022 dan Maret 2024.
“Dengan pembayaran ini, seluruh sisa obligasi telah dilunasi sepenuhnya, dan bunga tidak lagi berjalan, menandai selesainya kewajiban atas Senior Notes 2026,” ujarnya, Rabu (19/11/2025).
Pelunasan lebih awal ini sebagian besar didanai melalui fasilitas sindikasi BUMA yang melibatkan sejumlah bank besar nasional, yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Central Asia Tbk.
Menurut Silfanny, langkah ini menunjukkan kepercayaan yang kuat dari institusi keuangan terhadap BUMA sekaligus menggambarkan akses likuiditas perusahaan yang tetap solid. Ia menambahkan bahwa pelunasan ini merupakan bagian dari strategi keuangan jangka panjang Perseroan untuk memperkuat struktur permodalan, mengoptimalkan leverage, serta meningkatkan efisiensi pembiayaan.
BUMA disebut terus menerapkan strategi pendanaan yang disiplin dan terdiversifikasi. Perusahaan memastikan akses ke berbagai sumber pembiayaan, mulai dari fasilitas perbankan konvensional dan syariah, Sukuk, obligasi dolar AS maupun Rupiah, hingga pembiayaan leasing. Pendekatan yang seimbang ini, katanya, membantu menjaga fleksibilitas keuangan dan menempatkan BUMA dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan di masa mendatang.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (1/10/2025), DOID sebelumnya membukukan rugi bersih sebesar US$74,20 juta atau setara Rp1,20 triliun (kurs Jisdor Rp16.231) sepanjang Januari–Juni 2025. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh penurunan EBITDA dan pencadangan piutang pada operasional di Australia. EBITDA perseroan tercatat US$64 juta dengan margin 11%, lebih rendah dibanding 22% pada periode sama tahun lalu.
Selain itu, pendapatan DOID mencapai US$730 juta atau turun 15% secara tahunan (YoY). Produksi batu bara perusahaan berada di level 38 juta ton, turun 10% YoY. Volume pemindahan lapisan penutup (overburden removal) juga terkontraksi hingga 23% YoY menjadi 209 juta bcm, dipengaruhi cuaca ekstrem dan penghentian operasional di awal tahun.
Meski demikian, DOID menunjukkan momentum pemulihan yang kuat pada kuartal II/2025. EBITDA melonjak lebih dari tiga kali lipat dibanding kuartal sebelumnya menjadi US$50 juta. Pendapatan meningkat 8% menjadi US$378 juta, didukung oleh pertumbuhan produksi batu bara sebesar 8% menjadi 20 juta ton. Perbaikan tersebut membuat rugi bersih kuartalan menyempit menjadi US$10 juta. Bahkan, DOID berhasil mencatat profitabilitas bulanan pada Mei dan Juni 2025.





