IHSG & Rekomendasi Saham 4 Desember 2025 Peluang & Saham Unggulan Hari Ini

foto/istimewa

Sekilas.co – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis 4 Desember 2025, diperkirakan masih akan menghadapi tekanan lanjutan. Hal ini terjadi setelah IHSG menutup perdagangan kemarin (3/12) melemah tipis 0,06% ke level 8.611.

Tim analis MNC Sekuritas dalam riset hariannya menjelaskan bahwa munculnya kembali tekanan jual disebabkan IHSG gagal mempertahankan momentum penguatan ketika sempat menyentuh level 8.660. Meski begitu, ruang pelemahan dinilai tidak terlalu besar, meskipun potensi koreksi lebih dalam tetap harus diwaspadai oleh pelaku pasar.

Baca juga:

Dalam skenario optimistis, pelemahan indeks diperkirakan hanya akan terbatas untuk menguji area 8.567–8.586. Jika mampu bertahan pada rentang tersebut, IHSG berpeluang kembali rebound menuju area resistance berikutnya di 8.709.

Sebaliknya, dalam skenario terburuk, indeks berpotensi mengalami koreksi lebih dalam menuju kisaran 8.397–8.504. Adapun batas support penting berada di level 8.553 dan 8.491, sementara resistance terdekat dipatok di 8.660 dan 8.709.

Di tengah tekanan pasar tersebut, MNC Sekuritas menilai sejumlah saham masih menawarkan peluang trading menarik dan layak menjadi perhatian investor. Saham pertama adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang dimiliki konglomerat Prajogo Pangestu. Pada perdagangan sebelumnya, BRPT terkoreksi tipis 0,29% ke posisi 3.490 di tengah tekanan jual yang masih terasa.

Selama harga tetap berada di atas 3.350, saham ini diperkirakan mulai bergerak dalam fase awal wave C dari wave (B). Rekomendasi yang diberikan adalah speculative buy pada rentang 3.400–3.480 dengan target harga di 3.640 dan 3.950, serta stop-loss bila harga turun di bawah 3.350.

Saham kedua yang turut dijagokan adalah ESSA, emiten produsen amonia. Harga sahamnya menguat 4,10% ke level 635 dengan dominasi volume pembelian yang cukup kuat. Meski demikian, penguatan masih tertahan oleh garis moving average 200 (MA200). Saham ESSA diperkirakan berada di awal wave iii dari wave (c), dengan strategi buy on weakness pada rentang 615–625 serta target harga 660 dan 700. Batas stop-loss berada di bawah 600.

Rekomendasi berikutnya adalah saham produsen nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang kemarin terkoreksi 1,01% ke posisi 3.920 akibat tekanan jual. Selama harga mampu bertahan di atas 3.770, pergerakannya dinilai berada pada awal wave B dari wave (B).

Investor disarankan melakukan speculative buy di area 3.810–3.880 dengan target 4.160 dan 4.290, serta stop-loss jika harga bergerak di bawah 3.770.

Saham terakhir yang direkomendasikan ialah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Saham pelat merah tersebut menguat 0,56% ke posisi 3.580 meskipun aksi jual masih terlihat. Harga dinilai tetap berada dalam tren positif karena masih bergerak di atas MA20.

MNC Sekuritas memperkirakan TLKM tengah berada pada fase awal wave [v] dari wave 5, dengan strategi buy on weakness di rentang 3.520–3.560 dan target 3.710 serta 3.830. Stop-loss dapat diterapkan jika terjadi pelemahan di bawah 3.500.


Di sisi lain, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa turut menyoroti pergerakan pasar saham. Dalam kesempatan berdialog di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (3/12/2025), ia berkelakar bahwa IHSG seharusnya bisa menembus level 8.650 pada perdagangan kemarin, meski realitasnya indeks berakhir di zona merah.

“Ini mungkin masih belum mendengar diskusi kami di sini. Saya yakin setelah diskusi kami sudah naik ke 8.650 kali,” ucap Purbaya berseloroh.

Diskusi tersebut di antaranya membahas proses revisi Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK). Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menyampaikan bahwa pergantian Menteri Keuangan—dari Sri Mulyani ke Purbaya, menjadi momentum penting untuk menyempurnakan UU P2SK yang baru disahkan pada 2023.

Revisi tersebut semula dipicu putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait kewenangan penyidikan sektor keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan penyusunan anggaran di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Namun, menurut Misbakhun, momen politik dan kebutuhan untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih tinggi sekaligus membuka ruang penyempurnaan regulasi lebih luas.

“Apalagi undang-undang ini selesai direvisi saat Menteri Keuangan yang lama, dan revisinya dilakukan di masa Menkeu yang baru. Jadi ada peluang menarik untuk mendorong perekonomian menuju pertumbuhan 8%,” kata politisi Partai Golkar tersebut.

Artikel Terkait