Sekilas.co – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan bahwa Indonesia berhasil mempertahankan kinerja perdagangan dengan mencatatkan surplus selama 64 bulan berturut-turut, atau lebih dari lima tahun tanpa jeda defisit. Capaian ini menjadi bukti ketahanan ekonomi nasional di tengah situasi global yang masih diliputi ketidakpastian dan perlambatan perdagangan dunia.
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan capaian tersebut saat membuka Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Dalam forum tersebut, Budi berbicara di hadapan ratusan pembeli (buyer) dan delegasi dari berbagai negara yang hadir untuk menjajaki kerja sama dagang dengan pelaku usaha Indonesia.
“Di saat dunia masih dihadapkan pada dinamika perdagangan global yang penuh gejolak, Indonesia mampu menjaga tren surplus yang konsisten dan terus mencatat peningkatan kinerja ekspor,” ujar Budi di hadapan para tamu undangan.
Ekspor Naik 7,72 Persen, Surplus Tembus US$29,14 Miliar
Budi menjelaskan bahwa sepanjang periode Januari hingga Agustus 2025, nilai ekspor Indonesia tumbuh 7,72 persen, dari US$171,86 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi US$185,12 miliar. Kenaikan ini menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar global tetap kuat, meski tekanan ekonomi masih terjadi akibat ketegangan geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan sejumlah negara.
Lebih lanjut, Kemendag mencatat surplus kumulatif neraca perdagangan Indonesia mencapai US$29,14 miliar, meningkat signifikan 53,3 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar US$19,1 miliar.
“Dengan demikian, sejak Mei 2020 hingga Agustus 2025, Indonesia telah mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 64 bulan berturut-turut,” ungkap Budi.
Mendag berharap capaian tersebut dapat menjadi penopang utama target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Ia juga menegaskan pentingnya menjaga momentum ekspor dan memperluas pasar tujuan dagang untuk memperkuat struktur ekonomi nasional.
Menkeu Sebut Neraca Dagang RI Tetap Kuat di Tengah Gejolak Global
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga menyoroti ketahanan kinerja perdagangan Indonesia yang dinilai tetap solid di tengah perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Menurutnya, ekspor dan impor Indonesia masih tumbuh positif, menunjukkan ketahanan ekonomi nasional di tengah tekanan global.
“Aktivitas ekspor-impor masih tetap solid di tengah gejolak global. Surplus neraca perdagangan kumulatif mencapai sekitar US$32 miliar, tumbuh hampir 46 persen dibandingkan tahun lalu,” ujar Purbaya dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta.
Ia menjelaskan, kinerja surplus neraca dagang Indonesia terutama ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas, sementara defisit pada sektor migas terus menurun. Ekspor nonmigas selama sembilan bulan pertama tahun 2025 tumbuh 9,1 persen (yoy), didorong oleh kinerja sektor industri pengolahan dan pertanian yang semakin produktif.
Secara rinci, ekspor Indonesia selama Januari–September 2025 tercatat mencapai US$208,9 miliar, meningkat 7,7 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$194 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh industri pengolahan hasil hilirisasi, seperti logam dasar, terutama besi baja, nikel, dan tembaga, yang menjadi penyumbang terbesar terhadap ekspor nasional.
Sementara itu, nilai impor Indonesia pada periode yang sama juga mengalami pertumbuhan 2,8 persen (yoy), dari US$171,8 miliar pada Januari–September 2024 menjadi US$176,6 miliar di tahun ini.
“Kenaikan impor yang moderat menunjukkan permintaan domestik yang tetap terjaga. Ke depan, pemerintah akan terus mendorong perluasan pasar ekspor dan memperkuat industri berbasis nilai tambah,” tutur Purbaya.
Optimisme Pemerintah terhadap Perdagangan Berkelanjutan
Baik Kementerian Perdagangan maupun Kementerian Keuangan sepakat bahwa kinerja positif ini harus dijaga agar Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga mampu menjadi pemain utama dalam rantai pasok global. Pemerintah berkomitmen melanjutkan kebijakan hilirisasi, memperkuat peran industri pengolahan, dan membuka akses pasar baru di kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika.
Dengan capaian surplus 64 bulan berturut-turut, Indonesia kini berada di jajaran negara berkembang yang paling stabil secara perdagangan. Momentum ini diharapkan mampu memperkuat fondasi ekonomi nasional dan menjaga kepercayaan investor asing terhadap iklim bisnis di Tanah Air.





