Sekilas.co – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja melemah sepanjang pekan terakhir Oktober 2025, di tengah rilis laporan keuangan sejumlah emiten besar. Meski demikian, beberapa saham justru mencatatkan kenaikan tajam dan masuk dalam daftar top gainers Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data BEI, IHSG turun 1,3 persen sepanjang periode perdagangan 27—31 Oktober 2025, dari 8.271,72 menjadi 8.163,88 pada penutupan Jumat (31/10/2025). Koreksi ini terjadi seiring dengan meningkatnya aksi ambil untung (profit taking) dan reaksi pasar terhadap hasil kinerja emiten.
Penurunan IHSG diikuti penyusutan kapitalisasi pasar sebesar 2,48 persen, dari Rp15.234 triliun menjadi Rp14.857 triliun pada akhir pekan. Meski begitu, aktivitas perdagangan tetap bergairah.
“Rata-rata nilai transaksi harian BEI naik 1,55 persen menjadi Rp22,63 triliun, dari Rp22,28 triliun pekan sebelumnya,” ujar Sekretaris Perusahaan BEI Kautsar Primadi Nurahmad dalam keterangan resmi, Jumat (31/10/2025).
Selain itu, investor asing mencatatkan pembelian bersih atau net buy senilai Rp1,13 triliun, menandakan minat asing terhadap pasar modal Indonesia masih cukup kuat meski volatilitas meningkat.
Saham–Saham Top Gainers IHSG Pekan Ini
Beberapa saham berhasil mencatat kenaikan harga signifikan di tengah pelemahan indeks.
-
PT Sunson Textile Manufacture Tbk. (SSTM)
-
Naik 95,31 persen ke level Rp875 per saham
-
Didorong minat investor pada sektor manufaktur tekstil dan prospek pemulihan ekspor.
-
-
PT Puri Global Sukses Tbk. (PURI)
-
Menguat 50,65 persen ke level Rp464 per saham
-
Mendapat sentimen positif dari sektor properti dan pengembangan proyek baru.
-
-
PT Inocycle Technology Group Tbk. (INOV)
-
PT Puri Sentul Permai Tbk. (KDTN)
-
PT Gudang Garam Tbk. (GGRM)
Prospek Pasar ke Depan
Analis memperkirakan pergerakan IHSG pada awal November 2025 akan tetap volatil, dipengaruhi oleh rilis lanjutan laporan keuangan emiten, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta arah kebijakan suku bunga global.
Investor diimbau untuk tetap mencermati sektor-sektor defensif seperti konsumer, telekomunikasi, dan perbankan, sembari memanfaatkan peluang pada saham–saham yang menunjukkan fundamental kuat di tengah tekanan pasar.





