Sekilas.co – saya mendapat amanah dari Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri untuk menjabat sebagai Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis. Sejak saat itu, saya menyadari satu hal penting: tugas kami bukan sekadar memperbaiki sistem yang ada, tetapi menata ulang arah masa depan energi Indonesia.
Kami ingin memastikan setiap langkah yang diambil mampu menjaga kepercayaan publik, sejalan dengan prinsip keberlanjutan, serta aspirasi bangsa menuju ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Beberapa waktu terakhir, perhatian publik banyak tertuju pada kinerja Pertamina. Kami berterima kasih atas setiap masukan dan kritik yang disampaikan di berbagai ruang publik. Semua itu kami maknai sebagai bentuk kepedulian dan ekspektasi tinggi masyarakat terhadap Pertamina.
Kami juga memahami bahwa di tengah tantangan global dan domestik, sorotan tajam terhadap kinerja dan reputasi perusahaan menjadi bagian dari perjalanan kami untuk terus berbenah. Kami tidak menutup mata. Justru dari titik inilah kami mulai bergerak lebih terarah dan terukur.
Saya melihat momentum ini sebagai kesempatan untuk bangkit, menata ulang, dan memperkuat arah transformasi Pertamina. Ada tiga pilar utama yang kami jadikan fokus perubahan. Pertama, perbaikan tata kelola (governance) agar seluruh proses berjalan lebih transparan, efisien, dan patuh terhadap aturan.
Kedua, pembenahan budaya perusahaan (culture) guna membangun pola pikir progresif dan adaptif dalam menghadapi tantangan industri. Ketiga, penyelarasan model bisnis (business model) agar lebih responsif terhadap dinamika energi global melalui inovasi dan diversifikasi usaha.
Dalam menjalankan transformasi ini, kami menerapkan strategi dual growth, memperkuat bisnis migas konvensional (maximizing legacy business) sambil mempercepat pengembangan bisnis energi rendah karbon (building low carbon business), seperti bioenergi, hidrogen, dan carbon capture & storage (CCS). Strategi ini menjadi kunci agar Pertamina dapat menjaga kinerja tetap solid sekaligus mempercepat transisi menuju kemandirian energi nasional.
Transformasi ini bukan reaksi sesaat terhadap perubahan global, melainkan kesadaran jangka panjang bahwa keberlanjutan adalah harga mati. Karena itu, pada pertengahan 2025 kami membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proyek-proyek besar, termasuk pembangunan kilang.
Evaluasi dilakukan secara ketat berdasarkan kajian ilmiah dan pertimbangan keekonomian global. Kami tidak menghentikan proyek kilang, tetapi membangun secara selektif, efisien, dan berorientasi pada masa depan. RDMP Balikpapan, GRR Tuban, dan pengembangan Kilang Cilacap menjadi contoh nyata dari arah baru ini.
Kami juga mereorientasi berbagai proyek agar fokus pada penyelesaian yang tepat waktu dan tepat biaya. Langkah-langkah digitalisasi operasi dan distribusi dilakukan untuk memastikan tata kelola energi lebih efisien dan transparan. Di sisi lain, penguatan kapabilitas sumber daya manusia menjadi prioritas agar Pertamina mampu menjadi organisasi yang lincah (agile) dan kompetitif secara global.
Kami memahami bahwa ketahanan energi nasional tidak bisa dicapai dengan cara biasa. Diperlukan keberanian untuk berubah dan berpikir ulang. Karena itu, transformasi di Pertamina bukan hanya proyek, tetapi pergeseran budaya kerja. Kami ingin mengubah paradigma dari bekerja demi output menjadi bekerja demi impact. Program kerja tidak berarti jika tidak memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Sebagai bagian dari komitmen itu, kami meluncurkan berbagai inisiatif digital seperti Pertamina Digital Hub dan Transformation Delivery Unit, dua program yang dirancang untuk mempercepat transformasi melalui digitalisasi yang berorientasi hasil (delivery).
Langkah kami mencakup peningkatan kapasitas kilang, eksplorasi sumber daya domestik, efisiensi rantai pasok, serta ekspansi energi hijau. Kami memperkuat sinergi antar-subholding, memperkokoh tata kelola, dan membuka ruang inovasi seluas-luasnya.
Menatap Masa Depan Energi Indonesia
Bagi Pertamina, energi bukan sekadar komoditas, tetapi hak rakyat. Karena itu, kami terus memperluas distribusi energi hingga ke wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), memperkuat program BBM Satu Harga, dan mendorong digitalisasi rantai pasok agar seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke memiliki akses energi yang merata dan terjangkau.
Visi besar Presiden Prabowo Subianto yang tertuang dalam Asta Cita menjadi kompas arah kami. Ketahanan energi tidak hanya menjadi pilar ekonomi, tetapi juga fondasi kedaulatan bangsa. Sebagai BUMN energi, Pertamina berkomitmen menjadi motor utama dalam mewujudkan swasembada energi nasional.
Kami tidak ingin sekadar bertahan menghadapi tantangan global, kami ingin memimpin. Visi kami adalah menjadikan Pertamina sebagai perusahaan energi kelas dunia, energy champion nasional yang berdaya saing dan berdampak besar bagi masyarakat.
Kami sadar, transformasi tidak pernah mudah. Dibutuhkan keteguhan, kerja keras, kolaborasi, dan terutama keberanian untuk berubah. Namun saya percaya, masa depan energi Indonesia akan ditentukan oleh keberanian kita hari ini, untuk berbenah, bertransformasi, dan bertindak.
Pertamina mungkin belum sempurna, tetapi kami terus berusaha. Setiap hari, dari lapangan hingga ruang dewan, dari puncak manajemen hingga akar organisasi, kami bekerja keras memastikan Pertamina menjadi pilar utama masa depan energi Indonesia yang berdaulat dan berkelanjutan. Karena bagi kami, Pertamina bukan hanya penjaga pasokan energi, tetapi juga penjaga asa bangsa.




