Rupiah Menguat ke 16.663 per USD Usai The Fed Turunkan Suku Bunga

foto/istimewa

sekilas.co – Kurs rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta hari ini menguat 25 poin atau 0,15 persen menjadi Rp 16.663 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 16.688 per dolar AS. Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menyebutkan bahwa penguatan rupiah tersebut dipicu oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga.

“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat terbatas di rentang Rp 16.640–Rp 16.690, dipengaruhi sentimen global dari penurunan suku bunga The Fed,” ujar Rully, Kamis, 11 Desember 2025, dikutip dari Antara.

Baca juga:

The Fed sebelumnya memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke level 3,5–3,75 persen, langkah yang sudah diperkirakan oleh banyak pihak. Keputusan ini juga menjadi pemangkasan suku bunga ketiga sekaligus terakhir pada tahun 2025, setelah lima pertemuan sebelumnya The Fed menahan suku bunga, sebelum kembali memangkas pada rapat FOMC September lalu.

Dasar keputusan bank sentral AS tersebut merujuk pada data yang menunjukkan aktivitas ekonomi yang berkembang secara moderat. Ketua The Fed, Jerome Powell, menyebut bahwa pertumbuhan lapangan kerja melambat sepanjang tahun, tingkat pengangguran sedikit meningkat hingga September, dan inflasi menunjukkan kenaikan sejak awal tahun. Pemangkasan suku bunga ini diharapkan membantu pencapaian target jangka panjang, yaitu lapangan kerja maksimum dan inflasi 2 persen.

Rully menambahkan bahwa penguatan rupiah masih berpotensi tertahan oleh sentimen dalam negeri, misalnya dampak penanganan banjir di Sumatera. “Hal ini tercermin dari minat investor asing pada lelang SUN Selasa (9 Desember 2025) yang turun 45,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, pelaku pasar juga tetap mewaspadai rilis data ekonomi AS ke depan,” ujarnya.

Sebelumnya, Senior Market Chartist Mirae Asset Indonesia, Nafan Aji Gusta, menilai pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan berdampak pada pergerakan IHSG dalam jangka pendek. “Selain dinamika The Fed, laporan keuangan per September 2025 juga turut mempengaruhi pergerakan indeks dalam waktu dekat,” kata Nafan pada akhir Oktober.

Menurut Nafan, langkah The Fed ini sekaligus mengakhiri kebijakan pengetatan kuantitatif per 1 Desember 2025. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa inflasi di AS masih berada di atas target bank sentral.

Sementara itu, Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Taufan Dimas Hareva, menilai kurs rupiah masih akan dipengaruhi ekspektasi pasar terhadap suku bunga acuan The Fed. “Hal ini mengikuti data ekonomi AS yang tetap solid, termasuk pertumbuhan PDB dan klaim pengangguran mingguan yang stabil,” ujarnya, Kamis, 30 Oktober 2025.

Artikel Terkait