Sekilas.co – JP Morgan Sekuritas baru saja merilis proyeksi terbaru mengenai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam riset terbarunya, tim analis yang dipimpin oleh Henry Wibowo memperkirakan bahwa IHSG berpotensi menembus level baru di angka 8.600 dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Proyeksi ini muncul setelah mencermati kinerja pasar modal Indonesia selama enam bulan terakhir yang terbilang impresif, dengan kenaikan mencapai 27 persen. Bahkan, IHSG belum lama ini mencatatkan rekor all time high (ATH) pada level penutupan 8.125, angka tertinggi sepanjang sejarah perdagangan bursa Tanah Air.
“Kami telah menaikkan target dasar IHSG 12 bulan kami menjadi 8.600,” tulis tim analis JP Morgan dalam laporan riset yang dipublikasikan pada Kamis (2/10/2025).
Lebih lanjut, JP Morgan menjelaskan bahwa optimisme ini didasari oleh beberapa faktor kunci. Pertama, adanya potensi kembalinya aliran dana asing ke pasar negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia, yang dinilai menawarkan prospek pertumbuhan menarik di tengah dinamika global. Kedua, valuasi pasar Indonesia saat ini masih relatif rendah dengan price to earnings ratio (PER) IHSG sebesar 12 kali. Angka tersebut berada sekitar 1,5 kali standar deviasi di bawah rata-rata 10 tahun terakhir, sehingga pasar saham Indonesia dianggap masih undervalued atau murah dibandingkan dengan fundamentalnya.
JP Morgan juga menyiapkan skenario berbeda untuk menggambarkan arah pergerakan IHSG ke depan. Dalam kondisi optimistis (bull case), IHSG diproyeksikan bisa melesat hingga 9.000. Sebaliknya, dalam kondisi pesimistis (bear case), indeks diperkirakan bisa melemah ke level 6.600 dalam 12 bulan ke depan.
Selain proyeksi indeks, riset JP Morgan turut membedah sektor dan saham pilihan yang dianggap berpotensi memberikan keuntungan bagi investor. Beberapa perubahan rekomendasi sektor pun dilakukan. Misalnya, outlook sektor industri dinaikkan menjadi overweight dari sebelumnya netral, seiring dengan prospek positif PT Astra International Tbk (ASII) yang terus membaik. Sebaliknya, sektor energi diturunkan menjadi underweight dari netral karena adanya pelemahan permintaan terhadap komoditas batu bara.
Di sisi lain, sektor konsumer masih dipertahankan pada posisi overweight mengingat peran penting belanja pemerintah dan kebijakan stimulus dalam mendorong pemulihan konsumsi masyarakat. Dari sisi emiten, saham-saham unggulan yang tetap masuk dalam radar JP Morgan antara lain Bank Central Asia Tbk (BBCA), Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), serta Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT).
Yang menarik, JP Morgan memberikan sorotan khusus terhadap saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Meski saat ini harga sahamnya berada di level terendah Rp50 per lembar, JP Morgan menilai GOTO justru punya potensi menarik bagi investor jangka panjang karena valuasinya yang relatif rendah dibandingkan dengan prospek bisnis digitalnya.
“Kami menyukai saham-saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti sektor otomotif dan properti, serta komoditas emas. Beberapa di antaranya adalah ASII, CTRA, PWON, dan juga proksi emas melalui ANTM,” tulis tim analis JP Morgan menegaskan dalam risetnya.
Meski begitu, penting dicatat bahwa semua rekomendasi saham tersebut sepenuhnya berasal dari analis JP Morgan Sekuritas. Setiap keputusan investasi tetap berada di tangan masing-masing investor. Oleh karena itu, investor diimbau untuk selalu melakukan riset mandiri dan pertimbangan matang sebelum menempatkan dana pada instrumen saham tertentu, mengingat potensi keuntungan selalu sejalan dengan risiko yang ada.





