Sekilas.co – Harga buyback emas Antam terus menunjukkan penguatan yang signifikan sepanjang 2025. Berdasarkan catatan resmi Logam Mulia pada perdagangan Senin (1/12/2025), harga buyback emas Antam naik Rp2.000 menjadi Rp2.276.000 per gram. Jika dibandingkan dengan posisi awal tahun, kenaikan tersebut mencapai 66,73 persen, atau tertinggi di antara komoditas logam mulia dalam periode yang sama.
Meski reli yang terjadi sangat impresif, harga buyback saat ini masih berada di bawah rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) yang tercatat pada 21 Oktober 2025, yakni di level Rp2.336.000 per gram. Dengan demikian, masih terdapat ruang bagi emas untuk mencetak rekor baru apabila sentimen positif global terus menguat.
Harga buyback sendiri merupakan harga yang diberikan Antam kepada konsumen yang ingin menjual kembali emas batangan ataupun produk logam mulia lainnya. Secara umum, nilai buyback selalu berada di bawah harga jual, karena mencerminkan biaya pengolahan dan margin perusahaan. Namun demikian, potensi keuntungan tetap terbuka ketika selisih antara harga beli dan harga buyback semakin besar seiring lonjakan harga emas dunia.
Sesuai dengan ketentuan PMK Nomor 34/PMK.10/2017, transaksi buyback dengan nominal di atas Rp10 juta akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) 22 sebesar 1,5 persen bagi pemegang NPWP, dan 3 persen bagi mereka yang tidak memiliki NPWP. Pemotongan dilakukan langsung oleh pihak Antam pada saat transaksi.
Sentimen Global Dongkrak Harga Emas
Pergerakan harga emas Antam saat ini bergerak sinkron dengan tren kenaikan harga emas dunia. Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) merupakan pendorong utama reli emas dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Andy, pasar semakin percaya bahwa The Fed akan segera melonggarkan kebijakan moneternya setelah periode pengetatan panjang. Sinyal itu telah melemahkan dolar AS dan menurunkan opportunity cost memegang emas, sehingga meningkatkan daya tarik komoditas safe haven tersebut.
Selain itu, pelaku pasar juga memperhatikan perkembangan sejumlah indikator ekonomi penting Amerika Serikat seperti:
-
Data tenaga kerja
-
Indeks sektor manufaktur
-
Pernyataan pejabat The Fed mengenai arah kebijakan moneter
Dengan situasi ini, Andy melihat outlook emas masih positif dan prospek bullish akan dominan selama harga emas global mampu bertahan di atas area support kunci.
“Investor tetap harus waspada pada volatilitas pasar yang meningkat, terutama menjelang rilis data ekonomi besar,” ujarnya.





